Akibat Menerima Persembahan
Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Meditasi Kelompok, Kosta Rika, 2 Juni
1991 (Asal bahasa Inggris)
Ada seorang guru di India yang memiliki lima ratus murid. Ia hanya seorang guru
biasa, bukan guru yang amat tinggi tingkatannya, tapi ia bisa melihat masa
depan. Kemungkinan ia adalah guru Tingkat Kedua. Biasanya, jika ia pergi ke
pesta, kalau ada orang yang mengundangnya untuk memberi persembahan, ia tidak
pernah membawa serta muridnya. Sampai suatu hari muridnya sudah tidak tahan
lagi. Mereka berkata, “Guru, bila guru pergi ke pesta, guru hanya pergi sendiri.
Kami hanya bekerja saja, guru tidak pernah memberikan kami kesenangan. Jika kali
ini guru tidak mengajak kami maka kami akan meninggalkan guru.” Jadi, gurunya
mengajak serta mereka kali ini, dan kemudian ia selalu mengajak mereka.
Setelah kehidupan itu, sang guru lahir kembali sebagai bhiksu yang suci, di
aliran yang lebih terkenal dan lebih tinggi tingkatannya. Ke manapun ia pergi,
ada lima ratus angsa yang selalu terbang di belakangnya. Mereka adalah lima
ratus murid dari kehidupan sebelumnya yang tidak dapat mencerna pahala
persembahan dari orang karena mereka tidak cukup memiliki berkah, kesucian, atau
pahala latihan rohani untuk menerima persembahan tersebut.
Ada perbedaan pada setiap orang, bukan hanya antara Guru dan murid. Oleh karena
itu, saya menasihati Anda untuk bersikap hemat, jangan rakus dan melebihi bagian
Anda. Jangan menghamburkan uang lebih dari yang Anda miliki. Bila perlu, Anda
boleh mengambil dan menggunakannya. Bila tidak perlu, jangan coba-coba untuk
menggunakannya. Kalau tidak, kita akan menemui masalah. Kadang kita dapat jatuh
sakit atau menderita penyakit yang mematikan.
Saya kenal seseorang yang berlatih rohani dan selalu menjalani kehidupannya
berdasarkan penghasilan orang lain, dan ia selalu mengalami diare dari
persembahan yang tidak suci! Kadang jika kita mengambil hadiah dari orang lain
yang tidak suci maka kita juga dapat menerima dampaknya. Kita mungkin tidak tahu
bahwa itu mempunyai dampak terhadap kita, tapi itu dapat membuat kita seperti
berutang sesuatu dengan orang tersebut. Kita merasa bahwa kita terikat dengan
mereka dan kita tidak tahu mengapa kita tidak bisa menghindarinya, kadang
seperti itu. Itu semua hanya karena kita menerima hadiah dari mereka. (Ada yang
bertanya: Bagaimana dengan orang lain yang bukan bhiksu dan selalu tukar-menukar
hadiah dalam kehidupan sehari-hari?) Saya telah mengajarkan Anda untuk tidak
menerima barang jika tidak perlu, dan jika seseorang memberikan sesuatu kepada
Anda, coba kembalikan sesuatu kepadanya, meskipun itu adalah kerabat Anda. |
|