Telah menjadi acara tahunan Dharma Woodstock:
Kaum Buddhis dari
berbagai negara dan sekte berkumpul kembali untuk merayakan festival
Kagyu Monlam Chenmo di Mahabodhi Mahavira di Bodhgaya, tempat
pencapaian pencerahan Buddha. Festival dipimpin oleh Paduka Yang Mulia
Karmapa Ogyen Trinley Dorje ke-17. Monlam adalah festival 8 hari bagi
para penyembah Buddhi dan pendalaman Ajaran Buddha yang berlangsung
dalam suasana hening di bawah naungan rindangnya pohon Bodhi dan kuil
agung. Para umat bermeditasi, do kora, serta bersujud sambil diiringi
oleh kidung-kidung suci dari para biarawan di dekat tempat suci
Vajrasana.
Pameran foto dari para Sukarelawan Tibet untuk binatang mengeluarkan
suara yang mengelegar, “akan tetapi menjadi tanda panggilan yang sangat
penting ” untuk mengingatkan keberadaan pameran yang tidak jauh dari
pintu masuk tempat yang damai ini. Biarawan dari berbagai negara
Buddhis dengan jubahnya yang berwarna-warni, orang-orang Tibet dengan
pakaian tradisionalnya yang indah, praktisi rohani dari negara-negara
Barat, serta wisatawan setempat dari India berkerumun di sekitar foto.
Mereka sangat terkejut dan tidak dapat mempercayai foto-foto yang
memperlihatkan hal-hal yang sebenarnya terjadi di balik kebiasaan makan
daging dan penderitaan binatang di rumah-rumah penyembelihan di India
Keheranannya dinyatakan dengan berbagai ekspresi seperti menutup mulut
dengan tangan, jari-jemari yang gemetaran, serta mulut yang terbuka.
Tibetan Volunteers
for Animals (TVA),
December 30, 2006
(Originally in English)
|
Jigme, seorang sukarelawan TVA menulis peristiwa tentang sekelompok
orang Tibet yang baru datang di majalah TVA Semchen yang berbahasa
Tibet dan Inggris. Seperti mereka langsung mengeluarkan lidah dan
menggelengkan kepala karena sangat bertentangan dengan diet yang mereka
jalankan. Serta para pengunjung yang berkerumun di sekitar meja yang
membaca persoalan mengenai pentingnya mengikuti Ajaran Buddha dengan
pola hidup tanpa daging dengan teliti.
Pada akhir acara di hari pertama, TVA berhasil membagi-bagikan ceramah
dari Kyabje Chatrel Rinpoche (93 tahun) mengenai vegetarisme dalam
bentuk CD audio dan video sebanyak 300 keping. Demikian juga
dokumentasi mengenai Cinta Kasih dan Kemurahan Hati, yang menampilkan
adegan penyembelihan binatang di India. Ada sekitar 200 majalah yang
terjual dan sekitar Rs. 4.000 sumbangan uang tunai yang terkumpul. Para
Sukarelawan juga diwawancarai dan diambil fotonya oleh media massa
setempat, termasuk Aaj Newspaper dari Patna dan stasiun TV Sahara
Samaya.
Menjadi bebas daging telah mengubah banyak kehidupan, termasuk para
sukarelawan TVA yang berkeliling. Sonam Palyang (17 tahun) memilih
menggunakan waktu liburan sekolahnya selama 2 bulan untuk mengikuti
TVA. “Semenjak kecil, saya sangat prihatin dan peduli dengan binatang.
Setelah paham dan mengerti tentang Cinta Kasih serta Kemurahan Hati,
saya tidak sanggup lagi mengkonsumsi daging. Saya telah menjadi
vegetarian selama lebih dari 3 tahun,” katanya. Dengan menjadi
sukarelawan, Sonan memperoleh pengalaman yang cukup untuk mempromosikan
vegetarisme di sekolahnya di Himachal Pradesh, tempat dia menjadi
anggota TVA yang aktif.
Lobsang Chodon juga menghabiskan masa cutinya sebagai sukarelawan di
Bodhgaya dengan TVA. Keluarganya menentang sikapnya dan mendesak agar
dia tetap mengkonsumsi daging demi kesehatannya. “Tetapi saya
menolaknya. Di dalam hidup ini, kita mempunyai kesempatan yang sangat
baik untuk mengikuti Buddhisme, jadi kita seharusnya menggunakan hidup
kita ini untuk mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan orang
lain.,” ucapnya.
Kaum Buddhis dari berbagai daerah di Himalaya menyambut baik seruan TVA
untuk menghentikan penyembelihan. Nepal adalah negara asal Surendra,
suatu negara yang rakyatnya menjadikan kurban binatang sebagai bagian
dari kehidupan mereka sehari-hari. Tetapi setelah memperhatikan
peragaan TVA, dia menjadi yakin akan kebenaran seruan TVA untuk
menghentikan penyembelihan. Saat makan siang dia berkata, “Ini adalah
untuk yang pertama kalinya saya memesan sup mie. Sebelumnya saya selalu
memesan sup ayam atau kulit.” Dan beberapa hari kemudian, yaitu pada
minggu pertama setelah menjalani hidup tanpa daging, orang yang berumur
29 tahun itu berkata dengan penuh keyakinan, “Saya bahkan tidak pernah
berpikir lagi tentang daging. Sekarang tubuh saya terasa lebih ringan
dan pikiran saya menjadi lebih jernih.”
Nikesh, seorang Hindu asli asal Bodhgaya (28 tahun) yang pemalu sangat
setuju dengan pendapat tersebut. “Saya telah berhenti mengkonsumsi
daging,” katanya, sambil membeli sebuah majalah Semchen. “Jika
mengkonsumsi makanan non-vegetarian, pikiran saya menjadi kacau. Saya
merasa lebih damai setelah menjadi vegetarian. Jika Anda menghentikan
pembunuhan, akan menjadi berita baik bagi binatang. Jika Anda
mengkonsumsi non-veg, Anda tidak akan memperoleh kedamaian! Kebajikan
yang ada dalam diri Anda akan hilang,” ucapnya. Karena contoh yang
telah diberikannya, seluruh anggota keluarga Nikesh kini telah menjadi
vegetarian. Nikesh juga berkata, “Memang beberapa dari teman-teman saya
masih mengkonsumsi non-veg, tetapi saya menyarankan mereka untuk segera
menghentikannya. Dengan cara ini, kita dapat mengubah masyarakat dan
dunia sekaligus.”
Lohitaksha dan ZhangZan adalah umat Buddhis yang berasal dari Beijing
di Daratan China. Di sana, segala macam jenis daging, baik daging
anjing, monyet, dan serangga semuanya menjadi menu santapan
sehari-hari. Tetapi Lohitaksha telah menjadi vegetarian selama 12
tahun. “Di China sangat sulit menjadi vegetarian, kita harus saling
membantu. Oleh sebab itu ZhangZan membuka restoran Vegetarian di
Beijing!” katanya. ZangZan menambahkan, “Ajaran Buddha yang sedang saya
pelajari memberikan inspirasi untuk membuka restoran, dan saya sudah
tidak makan daging selama 4 tahun. Di Beijing dan Shanghai, vegetarisme
semakin hari semakin populer.”
Dean, seorang Buddhis dari Amerika yang berusia 45 tahun ikut mendukung
program TVA. “Guru saya, Geshe Zopa, mengatakan bahwa cara tercepat
untuk mendapatkan karma positif dalam kehidupan ini adalah dengan
membiarkan binatang hidup bebas. Segala tindakan setelah menjadi
vegetarian seperti menghentikan penangkapan burung dan ikan akan
mendapatkan pahala yang luar biasa, melebihi dari tindakan lainnya,”
ucapnya.
Setelah lima hari mempromosikan kehidupan tanpa kekejaman kepada kaum
Buddhis dari berbagai negara, sudah waktunya bagi sukarelawan TVA untuk
mengakhiri dan berpindah ke tempat lain. Persinggahan berikutnya
adalah: Karnataka dan tempat pembelajaran ajaran HH Dalai Lama di
Hunsur. “Banyak orang-orang Tibet yang berbicara tentang Buddhisme,”
kata pendiri TVA Rapsel Tsariwa, “tetapi mereka lebih banyak berbicara
daripada bertindak. Kalau betul-betul ingin mendalami Ajaran Buddha,
kita harus menghentikan segala macam jenis pembunuhan.” Orang-orang
Tibet yang masih mengkonsumsi daging, banyak yang setuju dengan
pendapat tersebut dan bahkan kini jumlahnya cendrung semakin meningkat.
(Caroline Martin adalah
seorang penulis dan fotografer di Kathmandu, Nepal. Silahkan
menghubunginya di
www.sirensongs.blogspot.com
) |