Cermin dari Segala Cermin
Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai
Florida, Amerika Serikat, 11 Mei 2002
(Asal dalam bahasa Inggris)
T: Baru-baru ini saya menyampaikan kepada Guru di dalam meditasi saya bahwa saat
saya meninggalkan dunia ini, saya ingin pergi langsung ke tingkat lima. (Gelak
tawa) Saya benar-benar tidak ingin kembali ke dunia ini.
G: Anda tidak memohon berlebihan. (Gelak tertawa) Baiklah, itu akan terlaksana.
T: Saya tidak peduli apapun syaratnya.
G: Itu akan terjadi; jangan kuatir.
T: Kali ini, saya telah cukup jenuh.
G: Jangan kuatir, Anda akan berubah.
T: Jadi, menurut Anda itu mungkin?
G: Ya, mungkin saja. Jika itu saja yang Anda inginkan, maka Anda akan
mendapatkannya. Tidak masalah. Jika Anda menjaga pemikiran itu dalam pikiran
Anda sepanjang waktu, sampai saat Anda meninggal dunia, maka Anda akan berada di
sana.
T: Jika saya berusaha mencapai tingkat kelima bahkan sebelum saya meninggal,
maka saya akan membantu Guru dengan lebih baik di sini.
G: Oh, tentu, tentu.
T: Jika itu mungkin.
G: Itu mungkin saja. Tetapi saya tidak tahu apakah mungkin bagi Anda. Tergantung
kepada Anda.
T: Saya akan melakukan apa saja.
G: Tak ada seorangpun yang meminta Anda untuk melakukan apapun. Anda harus
mengendalikan pikiran Anda. Bukannya Anda harus melakukan apa saja. Bukanlah
seperti meninggal seratus kali dan kemudian Anda menjadi seorang Buddha, atau
Anda menawarkan apa saja dan menjadi Buddha. Bukan begitu. Perlu keteguhan jiwa,
apakah kita menginginkannya pada masa kehidupan ini atau tidak.
T: Apakah dia perlu mempersiapkannya sebelum dia datang? Seberapa spiritual yang
ia inginkan......?
G: Tergantung. Setiap orang ingin mempersiapkannya. Tetapi saat mereka turun,
ternyata mereka menyimpang sedikit. Lalu, karena Maya atau raja ilusi ada di
sana dan menanti Anda, ia kemudian berkata, “Ah, hah! Selamat datang, sayang.
Marilah kita lihat seberapa kuatnya Anda. Ini gadis cantik, ini posisi presiden,
dan ini perusahaan besar dengan uang yang banyak.” Lalu Anda bekerja keras,
melayani gadisnya, dan demikian lelah sehingga sekalipun Anda ingin mencari
Guru, Anda tidak tahu harus mencari ke mana. Anda kehabisan tenaga, jatuh sakit,
dan kemudian meninggal dunia. Dan kemudian Anda berkata, “Oke, sekarang waktu
saya untuk pergi. Di masa mendatang saya akan berusaha lagi.”
T: Sutradaranya kemudian berkata, “Berhenti!”
G: Ya, “Berhenti,” Tetapi bukan masalah. Bagaimanapun juga Anda bertekad untuk
menemukan Tuhan. Sebelum kita turun ke sini, itulah yang ingin kita lakukan.
Kita ingin mengenali diri kita sendiri sebagai Tuhan dengan menjadi “Bukan
Tuhan.” Anda harus menggunakan sebuah cermin agar dapat melihat wajah Anda.
Meskipun cermin itu merupakan sebuah ilusi, tetapi Anda membutuhkannya. Yang
berada di dalam cermin itu bukanlah Anda, tetapi Anda membutuhkannya untuk
melihat diri Anda sendiri. Anda melihat ke dalam cermin itu dan mengenali diri
Anda. Dengan cara apa lagi Anda bisa melihat diri Anda sendiri? Cermin itu
adalah ilusi. Yang melihat ke dalam cermin itulah Anda, tetapi bayangan dalam
cermin itu bukan Anda. Karena itu dunia ini penuh akan Tuhan, tetapi bukan
Tuhan. Tuhan di dalam batin sedang memandang kepada Tuhan di dunia jasmani ini.
T: Ini merupakan pantulan yang buruk dari yang sejati, bukan?
G: Ya, pantulan yang baik. Hanya saja kita melihat ke dalam cermin dan menjadi
bingung, karena cermin Maya ini berbeda. Cermin gaib, “sebuah cermin di
dinding.” Bukan cerminnya, tetapi cermin dari cermin. Karena itu kita menjadi
bingung di sini dan kita melihat semuanya terpantul di dalam cermin. Kemudian
kita berkata, “Oh, apakah itu di sana? Apakah itu di sebelah sana? Dan apakah
itu?”
Setelah itu Anda pun lupa terhadap diri Anda sendiri, cerminnya begitu besar dan
segalanya memantul di dalamnya, dan Anda menjadi tersesat di dalam ilusi
tersebut. Anda mengejar pantulannya satu demi satu. “Oh astaga, ini tampak
bagus. Itu tampak indah,” dan Anda menjadi tersesat dalam cermin Anda. Anda
lupa. Waktu yang Anda butuhkan untuk menyadari bahwa itu hanyalah sebuah cermin
mungkin hanya seperberapa detik saja. Tetapi waktu yang kita butuhkan untuk
menyadari Kebuddhaan juga seperberapa detik dari waktu alam semesta.
* “Cermin, cermin di dinding” adalah sebaris ucapan dari cerita dongeng “Putih
Salju” dimana ibu tiri yakin bahwa pantulan dari cermin di dinding itu nyata.
|