Beranda > Rahasia Berlatih Rohani dengan Mudah > Sepuluh Rahasia Perjalanan Jiwa

 

Rileks

“Jika Anda rileks ketika meditasi, seperti saat Anda melihat saya, maka itulah meditasi yang benar.” (Maha Guru Ching Hai)

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Retret Tujuh Hari, Ilan, Formosa, 12-18 Agustus 1988 (Asal bahasa China)

Meditasi yang Benar

Kalian semua terlalu melekat dengan penglihatan dalam meditasi, dan menganggap itu sebagai pengalaman rohani yang sesungguhnya, sedangkan penglihatan ketika sedang tidak meditasi tidak diperhitungkan. Sebenarnya, pada saat itulah Anda benar-benar bermeditasi, karena “Zen berada di mana-mana.” Meditasi bukan berarti kita duduk tegak di sana dan mengatur diri kita. Itu bukan cara yang benar, karena itu berarti kita bermeditasi dengan ego kita dan membuat kita tidak memperoleh pengalaman. Kita harus melakukan meditasi secara alamiah agar dapat memperoleh pencerahan.

Jika Anda rileks ketika meditasi, seperti saat Anda melihat saya maka itulah meditasi yang benar. Kita pernah mendengar tentang seseorang yang memperoleh pencerahan ketika sedang memotong kayu, dan kasus lainnya tentang seseorang yang juga memperoleh pencerahan hanya dengan mendengarkan beberapa perkataan dari Guru Tercerahkan. Begitulah. Mengapa Anda tidak memiliki pengalaman setelah sekian jam duduk bergelut dalam meditasi? Itu karena Anda melakukan meditasi dengan ego, dengan pikiran. Anda terlalu memaksa untuk memusatkan perhatian, terlalu menekan diri, sehingga melekat dan tegang. Itu bukan meditasi yang benar. Itu hanya semacam latihan.

Meditasi yang benar berlangsung setiap saat. Itulah sebabnya beberapa di antara Anda memiliki pengalaman yang baik ketika sedang tidur atau ketika menatap saya dengan sepenuh hati. Itulah meditasi karena perhatian Anda benar-benar terpusat pada saat itu. Anda memusatkan perhatian karena begitu gembira melihat saya atau mendengarkan saya, dan Anda melepaskan semua prasangka pada saat demikian. Itulah saat Anda bermeditasi, mengerti? Itulah saat Anda mendapatkan pengalaman yang sebenarnya.

Misalkan Anda duduk dengan alis berkerut sambil memikirkan, “Saya ingin bermeditasi. Oh! Bagaimana mungkin saya tidak memperoleh pengalaman? Mengapa belum muncul juga? Oh! Kapan ia akan muncul?” (Hadirin tertawa.) Jadi Anda jangan memaksakan diri dan memburu pengalaman batin. Pengalaman itu sendiri tidak pernah tergesa-gesa. Pengalaman itu muncul apabila ia memang harus muncul, dan hilang kapan pun ia suka. Pengalaman itu tidak melekat pada apapun; seperti yang dikatakan Sutra Intan, pencerahan muncul pada waktu kita tidak melekat pada apapun. Kita harus mengikuti pengalaman rohani yang luar biasa ini untuk mencapai pencerahan.

Tanah Suci Tepat di Depan Kita

Ketika Anda menatap saya dengan pikiran yang paling suci, tanpa gangguan sedetik pun maka Anda akan memiliki segala pengalaman yang harus Anda peroleh. Beberapa di antara Anda, sewaktu menghadiri ceramah saya dapat melihat aula ceramah berubah menjadi alam yang penuh dengan cahaya yang terang benderang. Itulah Tanah Suci. Itulah yang dimaksud dengan perkataan, “Tanah Suci tepat di depan kita.” Dunia kita adalah dunia fisik, tapi ketika kita memusatkan perhatian secara rohani, dunia akan menjadi Tanah Suci dengan seketika, dan di mata kita iblis juga bisa menjadi Orang Suci.

Beberapa di antara Anda mengeluh kepada saya bahwa Anda tidak memiliki pengalaman batin yang baik setelah ikut dalam meditasi kelompok. Sebenarnya, itu karena sifat keakuan Anda telah muncul dan cinta kasih Anda telah melemah. Rekan inisiat tidak mempengaruhi Anda. Anda jangan menyalahkan orang lain; sebaliknya Anda harus mengintrospeksi diri. Itulah mengapa saya tidak menyukai orang yang mengeluh; tetapi saya tidak mengatakannya. Orang-orang ini berharap agar saya menyalahkan orang lain, tapi saya tidak akan terpengaruh.

Beberapa di antara Anda mempunyai banyak persoalan di dalam benak Anda ketika menatap saya. Anda menatap saya tapi tidak sungguh-sungguh menatap saya. Kalau begitu lebih baik jangan menatap saya! Meskipun Anda menatap saya, tapi ada banyak persoalan yang muncul di benak Anda. Anda cemas apakah harus melafal Nama-nama Suci, Anda seolah-olah mau mengusir saya. (Hadirin tertawa). Jika Anda melakukan itu pada waktu menatap saya, itu artinya Anda ingin cepat-cepat mengusir saya dan itu membuat saya tidak nyaman. Anda harus menatap saya seperti anak kecil yang sudah lama tidak melihat orang tuanya, dan dengan demikian Anda akan memiliki pengalaman batin yang terbaik.

Kita seharusnya jangan berpikir bahwa kita hanya bermeditasi ketika kita menutup mata dan duduk di sana dengan alis berkerut. Tidak, tidak! Itu hanyalah semacam latihan. Kita duduk diam untuk mengungkapkan ketulusan kita. Meskipun kadang kita tidak dapat duduk dengan tenang, tetapi kita harus meneruskannya. Kita menunggu Tuhan dalam meditasi kita. Kadang kita memiliki pengalaman jika kita tulus, namun kadang kita tidak dapat memusatkan perhatian. Jadi kita boleh berkata kepada diri sendiri: “Baiklah, apakah saya tulus atau tidak, tetapi inilah yang dapat saya lakukan sekarang. Tolong saya, Tuhan.”

Kita harus bermeditasi setiap hari dan menganggapnya sebagai tugas, sama seperti kita harus makan meskipun kita tidak ingin makan. Kita harus menjadikannya suatu kebiasaan untuk memikirkan Tuhan begitu kita bangun pagi dan memikirkan Tuhan lagi setelah kita selesai kerja dan pulang ke rumah di malam hari. Karena kita terlalu sibuk setiap hari, kita tidak bisa memikirkan Tuhan dengan tulus; jadi kita harus melakukannya di pagi hari setelah kita bangun, dan sekali lagi di malam hari setelah kita pulang ke rumah. Tapi, ini bukan berarti bahwa kita dapat memikirkan Tuhan secara penuh; kita hanya melakukan yang terbaik. Kita harus melakukannya juga ketika kita sedang bekerja.

Mengalami Pencerahan Ketika Guru Ceramah

Jadi sungguh suatu berkah dan pahala yang terbesar jika kita dapat mendengarkan ceramah seorang Guru Tercerahkan dan melihat Sang Guru secara terus menerus selama dua atau tiga jam. Kita bisa terangkat oleh getaran-Nya, atau karma buruk kita dapat dibersihkan hingga tingkat tertentu oleh Cahaya-Nya, dan dengan demikian kita akan memperoleh pengalaman batin. Ketika Anda datang ke sini, Anda belum tentu dapat melihat saya terus menerus selama dua atau tiga jam, jadi Anda tidak memperoleh berkah sebanyak yang Anda peroleh pada waktu ceramah. Sungguh suatu berkah yang luar biasa dapat melihat seorang Guru Tercerahkan selama dua atau tiga jam tanpa putus sama sekali! Tidak semua orang memiliki kesempatan ini. Satu tatapan dalam sekian kalpa sudah cukup baik, apalagi dua atau tiga jam! Makhluk hidup di planet lain ada yang sama sekali tidak pernah melihat atau mendengarkan seorang Guru Tercerahkan. Mereka tidak memiliki hubungan dengan seorang Guru. Jadi Anda harus memanfaatkan kesempatan untuk melihat Guru sejati selama sekian jam. Banyak orang, baik inisiat ataupun non-inisiat telah mengalami pencerahan selama ceramah saya.

Jadi, meditasi bukan hanya berarti duduk saja. Meditasi adalah saat dimana kita memusatkan perhatian kita dengan sepenuh hati. Itulah sebabnya Anda memiliki pengalaman ketika sedang bekerja. Adakalanya kita tidak memiliki pengalaman dalam meditasi dan kita merasa putus asa karena kita bermeditasi dengan ego kita. Itu bukan cara alami untuk bermeditasi. Tapi itu OK. Anda masih akan memperoleh pahala. Cukup bermeditasi dengan tulus. Jangan peduli dengan hasilnya.

Saya ingin memberitahu Anda mengapa Anda tidak mendapat pengalaman batin ketika bermeditasi. Itu karena pada saat itu Anda tidak sepenuhnya bebas dari keterikatan dan Anda tidak sungguh-sungguh memusatkan perhatian. Kita berpikir kita telah memusatkan perhatian, tetapi kita terus bergelut dan bertanya-tanya, “Mengapa bentuk perwujudan Guru belum muncul?” Ketulusan dan kerinduan berbeda dengan keterikatan. Namun demikian, agak sulit bagi pemula untuk membedakan dua hal tersebut. Tidak apa-apa. Cukup lakukan yang terbaik. Itu diperhitungkan asalkan Anda bermeditasi dan memikirkan Sang Guru, tidak masalah apakah Anda bermeditasi dengan baik atau tidak, atau tertarik perhatiannya atau tidak. Upaya Anda akan dicatat dan Anda akan terangkat dengan alasan tertentu. (Hadirin bertepuk tangan.

Sebagai contoh, Anda bekerja dengan seseorang yang menjual pakaian. Kadang tidak ada pelanggan yang datang dan Anda hanya duduk di sana, bahkan sampai ketiduran. Tapi, sang majikan tetap akan membayar kehadiran Anda. Di waktu yang lain, Anda sibuk sepanjang hari, dan sang majikan tetap membayar Anda dengan jumlah yang sama. Asalkan Anda datang ke toko, Anda akan memperoleh gaji bulanan. Sama halnya dengan meditasi. Anda harus bermeditasi, terlepas dari ada atau tidaknya pengalaman. Upaya Anda akan dicatat dan saya akan “membayar” Anda suatu hari sehingga Anda bisa membayar “tarif” ke Surga. (Hadirin bertepuk tangan)

 

“Kebanyakan dari Anda mencari masalah dan menghalangi diri Anda sendiri. Anda tidak memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk berkembang dan rileks. Dalam keadaan tidak rileks, pikiran Anda terhalang; sehingga tindakan Anda tidak sempurna.” (Maha Guru Ching Hai)

 

Menjalani Kehidupan yang Seimbang adalah Tao

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Meditasi Kelompok, Hsihu, Formosa, 19 Oktober 1990 (Asal bahasa China)

Anda harus menjalani latihan rohani dengan cara yang santai. Boleh saja jika Anda mau menjadi Orang Suci besok, tetapi untuk apa terburu-buru menjadi Orang Suci hari ini juga? Anda telah menunggu dalam sekian masa kehidupan, jadi bukan masalah besar jika Anda menunggu beberapa waktu lagi? Semakin Anda mencemaskannya maka Anda akan semakin merusak diri sendiri.

Zaman dahulu, ada seorang murid yang mengikuti Guru Tercerahkan untuk berlatih rohani. Suatu hari ia bertanya kepada Gurunya, “Guru, berapa banyak orang tulus seperti aku yang dapat Guru temui di dunia ini?” Lalu Gurunya menjawab, “Alam semesta penuh dengan siswa seperti kamu.” (Guru dan semuanya tertawa.) Masih dengan penuh keraguan, siswa tersebut menanyakan lagi, “Guru, aku benar-benar tulus. Kalau aku melepaskan semuanya, termasuk orangtua, isteri, anak, kerabat, dan teman-temanku maka berapa tahun lagi agar aku dapat mencapai Kesucian?” Gurunya memberitahu, “Kalau kamu rajin, kamu bisa mencapainya dalam rentang waktu lima hingga lima belas tahun.” Sang murid bertanya lebih lanjut, “Itu terlalu lambat. Kalau aku menahan diri dari makan dan minum, dan bahkan tidak tidur, bermeditasi dengan menyilangkan kaki selama dua puluh empat jam sehari, menurut Guru kapan aku dapat menjadi Orang Suci?” Gurunya berkata, “Dengan cara begini, mungkin akan memakan waktu tiga puluh hingga lima puluh tahun untuk menjadi Orang Suci.” (Guru dan semuanya tertawa.) Tahukah Anda mengapa? Ia terlalu cemas. Ia pikir siapa dirinya? Siapa yang peduli apakah ia menjadi Orang Suci atau tidak? Siapa yang butuh orang seperti dia?

Jalan yang Terbaik adalah Jalan Tengah

Buddha Shakyamuni pernah memiliki siswa yang tidak tidur bahkan di malam hari. Kelihatannya ia meditasi di siang hari dan melafal sutra di malam hari hingga matanya hampir buta. Buddha Shakyamuni memberitahunya, “Cara kamu berlatih akan membuat kamu menjadi Maya daripada menjadi orang Suci. Apabila kamu memainkan gitar dan tali senarnya terlalu kencang, apakah gitar itu menghasilkan suara?” Siswa tersebut menjawab? “Tidak!” “Tapi kalau tali senarnya terlalu longgar, apakah akan muncul suara?” Dia berkata, “Tidak, tidak sama sekali.” Lalu, Buddha Shakyamuni berkata, “Cara yang terbaik adalah jalan tengah.”

Jadi, kehidupan yang seimbang adalah Kebenaran; pikiran yang biasa adalah Kebenaran. Kita jangan menginginkan sesuatu hingga terlalu cemas. Mengharapkan menjadi Orang Suci dengan cepat juga semacam keserakahan. Kita harus bersikap santai dalam mengerjakan apapun yang kita lakukan. Bagaimana mungkin Anda meminta bayi yang baru lahir untuk mengayuh sepeda? Anda mungkin cemas jika ia sudah dewasa lalu menjadi orang yang tak berguna, tapi Anda tidak bisa memaksanya. Ia bahkan belum bisa berjalan dengan mantap, jadi bagaimana mungkin Anda memintanya untuk berlari? Meskipun ia memaksakan diri untuk berlari, ia pasti akan jatuh. Jika seorang bayi yang baru belajar jalan mencoba untuk berlari, bukankah ia akan jatuh dalam beberapa langkah saja? Sebagai akibatnya, ia akan cedera dan semua itu karena ia terlalu cemas.

Pertama-tama Jagalah Pikiran Kita dengan Baik

Pertama-tama kita harus menjaga pikiran kita dengan baik. Periksa apakah kita memiliki gagasan yang mulia dan murni; apakah kita sudah mengendalikan keserakahan, kemarahan, dan kesombongan kita; apakah kita sudah cukup sabar dan mengasihi orang lain; apakah kita sudah cukup bermurah hati, cukup memahami, dan cukup bertoleransi atas kesalahan orang lain. Jika kita sudah memiliki sifat-sifat seperti itu maka belum terlambat untuk menjadi Guru Tercerahkan atau Orang Suci. Sebelum kita mencapai kesempurnaan, siapa yang dapat memperoleh manfaat dari diri kita jika kita sudah menjadi Guru Tercerahkan? Kita belum membersihkan perasaan bersalah kita, atau menghapus prasangka dan kedunguan batin kita. Jika kita masih memiliki pikiran yang sempit maka kita tidak akan dapat bertoleransi dengan banyak orang. Cinta kasih kita masih terlalu kecil untuk dapat mengasihi banyak orang. Jadi apa gunanya untuk terburu-buru menjadi Guru Tercerahkan? Bahkan meskipun semua Orang Suci dan Guru menuangkan kekuatan mereka kepada orang yang memiliki pikiran sempit, orang yang masih diliputi kedunguan batin dan mudah tersinggung; apakah ada gunanya?

Jika kita mempunyai kekuatan tapi tidak mempunyai cinta kasih maka orang itu akan menjadi Maya. Tidak ada perbedaan yang menyolok antara Maya dan Orang Suci. Kedua-duanya memiliki kekuatan yang sama, tapi Orang Suci memiliki cinta kasih yang tidak dimiliki oleh Maya. Maya ingin menang sendiri, menuntut segala hal, dan mengambil semuanya. Ia hanya mengecam dan tidak pernah memaafkan. Orang Suci tidak hanya mengecam, tapi juga memaafkan. Ia mengecam bila waktunya tepat untuk melakukan kecaman agar orang tersebut maju dan membiarkan mereka menyadari kekurangan mereka sendiri. Apabila waktunya tiba untuk memaafkan, Ia akan memberikan dorongan yang tepat untuk terus hidup, tanpa harus dibebani perasaan bersalah yang berat.

Kita Harus Seimbang antara Yin dan Yang untuk Menjadi Orang Suci

Agar benar-benar menjadi Orang Suci, kita harus sempurna dalam segala aspek, bukan hanya aspek tertentu saja. Jika kita hanya berbaik hati, tapi tidak pernah mengeritik, itu juga tidak baik! Misalkan pada waktu tertentu Anda harus mengoreksi dan mengajari seseorang, tetapi Anda sebaliknya malah memujinya. Dengan demikian maka Anda telah merusak dan menghancurkan kemampuannya untuk membedakan mana yang baik dan yang salah. Itulah mengapa saya katakan, “Kita harus seimbang dalam Yin (Negatif) dan Yang (Positif) untuk menjadi Orang Suci.” Kita harus menembus segala aspek dunia ini. Ketika kita hidup di dunia ini, kita masih memerlukan makan, tidur, dan berhubungan dengan orang lain; jadi kita harus bertingkah normal. Sedangkan untuk tingkatan batin atau kemajuan rohani, kita harus menjaganya untuk diri kita sendiri, dan menahan diri untuk tidak menceritakannya.

 

Jangan Terikat dengan Hasil

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Retret Tujuh Hari, Hsihu, Formosa, 29 Juli – 6 Agustus 1989 (Asal bahasa China)

Kita bisa menggapai Surga dalam satu langkah. Itu berlaku bagi rekan sepelatihan kita. Sejauh kita berlatih dengan rajin setiap hari, bila waktunya tiba kita akan memperoleh hasilnya secara alami. Ini sama dengan membesarkan anak kita: Sejauh kita menjaga mereka dengan baik setiap hari, mereka akan tumbuh dewasa dengan sendirinya. Saat kita mengingat kembali, kita akan berkata, “Wow, mereka telah dewasa dan sangat tinggi!” Beberapa bahkan lebih tinggi dari orangtua mereka. Dan tanpa terasa rambut kita mulai beruban, dan kita tidak ingat lagi sejak kapan. Bahkan saya sendiri sudah ada beberapa helai rambut beruban! (Hadirin tertawa) Saya sudah menghitungnya, ada tiga helai. (Guru dan hadirin tertawa.) Jadi, jangan khawatir jika Anda tidak melihat hasil apapun. Cukup lanjutkan latihan Anda dengan rajin dan jangan melekat pada hasil.

Beberapa rekan inisiat menceritakan kepada saya bahwa mereka tidak pernah mendapat penglihatan apapun dalam meditasi mereka. Lalu saya mengatakan bahwa tidak ada gunanya mendapat penglihatan. Jika pikiran kita mulai stabil, jika kita merasa lebih aman, jika kita memiliki iman dan kebahagiaan, dan jika kita merasa dilindungi oleh kekuatan Tuhan maka kita telah memiliki pengalaman yang paling berharga. Melihat Cahaya dan mendapat penglihatan tidak ada apa-apanya. Ada beberapa orang yang mengalami penglihatan dalam meditasi mereka, tapi pikiran mereka tidak stabil dan kurang beriman, lalu mereka keluar dari kelompok kita. Beberapa orang sangat beriman pada saya. Mereka tahu bahwa mengikuti saya adalah jalan yang benar. Mereka memusatkan pikiran mereka pada metode ini, dan mereka tidak tersesat. Orang-orang seperti ini memiliki pengalaman yang terbaik. (Hadirin bertepuk tangan) Jadi, apabila Anda mendengar inisiat lain membicarakan tentang penglihatan mereka, jangan berkecil hati. (Hadirin tertawa dan bertepuk tangan.) Pada waktu kita merasa damai dan tenteram, kita sedang memiliki pengalaman yang terbaik. Namun demikian, jika Anda belum pernah mendengar Suara batin, tidaklah mudah bagi Anda untuk merasa damai dan tenteram. Tidaklah mudah.

 

“Ketika hidup di dunia ini, kita tidak dapat terus bersabar diri. Bila kita menginginkan sesuatu, kita harus mencoba untuk tidak menginginkannya, dengan demikan maka itu akan menjadi milik kita. Ini sungguh aneh. Semakin kita menginginkan sesuatu, ia akan semakin jauh dari jangkauan kita. Sama halnya dengan pencerahan dan pencapaian Kebenaran. Kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk menjadikan kita sebagai Orang Suci. Sebaliknya kita harus tetap sabar dan tenang, cukup dengan memenuhi kewajiban harian kita.” (Maha Guru Ching Hai)

 

 

 

 

Atas

 

Asosiasi Internasional Maha Guru Ching Hai