Beranda > Rahasia Berlatih Rohani dengan Mudah > Sepuluh Rahasia Perjalanan Jiwa

 

Kerendahan Hati Dekat dengan Kebenaran

“Kerendahan hati sangat dekat dengan Tuhan dan Para Suci. Hati yang murni sangat dekat dengan Kebenaran. Semakin angkuh diri kita maka kita akan semakin jauh dari Kebenaran.” (Maha Guru Ching Hai)

Berlatih dengan Diam-diam

Ada banyak tingkatan dalam latihan rohani dan perjalanan rohani sangatlah panjang. Jadi, sebagai praktisi pemula, janganlah menjadi angkuh dan berlebihan. Saya meminta Anda untuk tidak mengungkapkan pengalaman Anda kepada orang lain dan itu demi kebaikan diri Anda sendiri, bukan demi saya. Anda boleh menceritakan kepada semua orang jika Anda suka, tapi saya tidak akan terpengaruh. Anda hanya akan menyakiti diri Anda sendiri dengan membuka harta karun yang Anda miliki.

Jadi, berlatihlah diam-diam; karena kita harus melindungi tingkat pencapaian kita, dan mendaki pelan-pelan hingga kita menjadi Buddha, Mahasatva, dan Bodhisatva agung (makhluk-makhluk tercerahkan). Jika ada praktisi pemula yang mendapatkan kekuatan gaib lalu mengiklankan dirinya, itu karena ia masih belum stabil secara batiniah, Anda harus tahu orang seperti ini tidak dapat dipercaya. Begitu melihat orang demikian, seorang praktisi rohani yang tercerahkan harus memberitahu bahwa orang itu sedang mengalami rintangan, kita sering menyebutnya “Penyakit Zen”. Orang yang tidak menderita Penyakit Zen tidak akan menyombongkan dirinya.

Praktisi rohani harus rendah hati. Semakin tinggi tingkatnya, semakin rendah hatilah dirinya karena ia takut ada orang lain yang mendeteksi kekuatan dan tingkat mereka. Beberapa di antaranya masih OK pada tahapan permulaan latihan mereka. Tetapi setelah mencapai suatu tingkatan yang rendah dan memiliki pengalaman tertentu, lalu ia mulai menyombongkan diri ke mana-mana. Ia terlalu banyak bicara sehingga menciptakan banyak halangan. Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak godaan yang akan timbul.

Jadi, kesalahan yang paling menakutkan dalam latihan rohani adalah membicarakan pengalaman sendiri. Jika seseorang berbicara terlalu banyak maka pengalaman yang ada secara alami menjadi hambar atau pengalaman itu tidak akan muncul lagi, dan hanya menyisahkan ilusi saja; karena kekuatan intinya telah pecah, dan tirai kerohaniannya telah rusak. Pada awalnya, tirai kerohanian merupakan dinding pelindung. Namun, begitu ada yang bocor, sang iblis mulai menggali lubang tersebut dan masuk ke dalam. Dalam latihan rohani, kita paling takut dengan sikap angkuh dan sombong. Semakin sombong seseorang maka semakin besar halangannya.

 

Menyombongkan Prestasi dapat Merusak Hidup

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Retret Internasional Empat Hari, Hsihu, Formosa, 20 Februari 1996 (Asal bahasa Inggris)

Seperti yang pernah saya katakan pada saat inisiasi, Raja Maya, Raja Ilusi, atau iblis dalam diri kita kapan saja dapat menjelma persis seperti Buddha, setan, malaikat, Tuhan, atau Para Suci masa lampau, masa kini, atau masa depan untuk menyesatkan praktisi yang tulus, ceroboh, atau kurang mawas diri. Dalam kitab Buddhis dikatakan bahwa ada lima puluh macam perangkap yang selalu digunakan oleh iblis untuk merintangi dan menyesatkan para praktisi. Baiklah, tidak ada gunanya untuk mengetahui lebih banyak tentang iblis. Tetaplah polos, tulus, dan jujur terhadap diri sendiri sehingga Anda tidak akan pernah jatuh dalam perangkap apapun atau masuk ke dalam kesulitan, dan tidak ada siapapun yang dapat mengelabui Anda, bahkan raja iblis sendiri pun tidak bisa mengelabui Anda.

Begitu kita menginginkan ketenaran, keuntungan atau posisi tinggi, bahkan dalam tingkatan rohani, maka kita akan jatuh dalam perangkap kekuatan negatif, karena itulah yang mereka tunggu; mereka menunggu kita lepas dari penjagaan lalu mereka mencuci otak kita sehingga percaya bahwa kita telah menjadi Buddha, bahwa kita agung, bahwa kita memiliki misi, bahwa kita adalah ini, itu, dan lainnya. Sehingga kita menjadi sombong. Kita menjadi terperangkap dalam kebanggaan palsu, keangkuhan, dan habislah kita. Ya, bisa saja kita kembali lagi ke sifat rendah hati dan melanjutkan latihan kita seperti sebelumnya, tetapi itu agak sulit. Kita mungkin saja sudah jatuh terlalu jauh, lalu kita membutuhkan waktu yang lama agar dapat kembali. Jadi, sebagai praktisi kita sama sekali tidak boleh lalai, sombong atas latihan kita, atau menginginkan posisi di alam rohani dengan tergesa-gesa.

Banyak orang yang meditasinya sedikit, tidak menjaga sila-sila dengan baik, vegetarian mereka hanya asal saja, tetapi ketika mereka memperoleh sedikit visi saja mereka percaya bahwa mereka telah menjadi guru atau Buddha. Anda bisa menjadi apa yang Anda harapkan. Anda bisa menyombongkan pencapaian Anda, tapi hasilnya akan kelihatan sendiri. Kadang hal itu dapat merusak hidup kita. Kita merusak diri kita sendiri lalu akan sangat terlambat untuk kembali lagi ke tempat sebelumnya. Jadi, kerendahan hati sangat penting dalam latihan rohani. Kita harus rendah hati dari dalam diri kita, bukan hanya tindakannya saja. Kadang tindakan seseorang belum tentu rendah hati, tetapi di dalam dirinya mereka sangat rendah hati. Beberapa orang tindakannya terlihat rendah hati; tetapi kenyataannya dalam hati mereka penuh kesombongan. Kadang penampilan luar dapat membohongi orang lain.

 

Kisah Tentang Guru Lin Chi

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Meditasi Kelompok, Kosta Rika, 2 Juni 1991 (Asal bahasa Inggris)

Ada satu kisah tentang Guru Lin Chi yang berasal dari China. Ketika Guru Lin Chi masih menjadi murid, ia selalu ketiduran. Ia tidur di mana saja. Suatu hari ia sedang tidur di pojok aula meditasi, dan ia melihat Gurunya masuk ke dalam. Dengan berlagak seolah-olah takut, ia mengambil bantal dan kantong tidurnya ke pojok lain untuk bersembunyi dan tidur lagi. Sang Guru sangat memahami Lin Chi; mereka saling memahami dengan baik. Jadi ketika Sang Guru masuk ke aula meditasi dan melihat seorang bhiksu lain yang sedang duduk bermeditasi di sana, Sang Guru menendangnya sambil berkata, “Kamu, bhiksu malas! Apa yang sedang kamu lagakan? Kamu harus belajar cara meditasi seperti Lin Chi di sana!” (Hadirin tertawa)

Bhiksu itu terperanjat. Apa Anda tahu bagaimana bhiksu itu duduk? Tentu dengan jubahnya yang penuh wibawa di depan rupang Buddha, tetapi ia masih saja ditendang pantatnya. (Hadirin tertawa). Dengan membakar satu batang dupa di depannya, ia tidak bergerak hingga seluruh dupa terbakar habis. Tapi, batinnya tetap bergerak. Padahal Lin Chi menutupi dirinya dengan kantong tidur, dan Sang Guru mengatakan bahwa Lin Chi sedang bermeditasi sedangkan bhiksu yang duduk itu sedang tidur. Pahamkah Anda? Itulah perbedaan tingkat.

Ya, Lin Chi tidur, tetapi ia tidak pernah tidur. Ia hanya tidur dengan tubuhnya. Pikirannya selalu mawas. Apapun yang ia lakukan, ia selalu berpusat pada Jati Diri. Ia tidak pernah menyimpang dari pusat. Tetapi, bhiksu yang duduk di sana seperti balok kayu, pikirannya melayang ke segala penjuru, dan ia tidak bisa konsentrasi. Jadi, cobalah untuk memusatkan diri dan jangan mengecam penampilan orang lain. Beberapa di antara rekan praktisi tidak tampak seperti penampilan luar mereka.

 

Semakin Kita Sombong, Kita Akan Semakin Jauh dari Kebenaran

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Meditasi Kelompok, Hsihu, Formosa, 13 Agustus 1989 (Asal bahasa China)

Orang yang rendah hati akan semakin dekat dengan Tuhan dan Para Suci. Hati yang polos lebih dekat dengan Kebenaran. Semakin kita sombong, kita akan semakin jauh dari Kebenaran. Mengapa kita bisa begitu jauh dari Kebenaran? Karena kita terikat pada dunia ini! Jika kita tidak terikat dengan dunia ini maka kita tidak akan menjadi sombong. Jika kita terikat pada uang, kekuasaan, intelektual, atau status sosial, maka kita sedang terikat dengan dunia dan ketidakkekalan. Kebenaran bukan berasal dari dunia ini. Jadi, semakin kita terikat dengan sisi ini maka kita akan semakin jauh dengan sisi lainnya. Itu penjelasan yang masuk akal dan tidak sulit untuk dipahami.

Mereka yang tidak memiliki uang atau kekuasaan, mereka yang memaafkan dan tidak terikat adalah mereka yang rendah hati. Itulah mengapa Anda sering melihat saya sangat baik terhadap orang-orang seperti itu atau para narapidana. Kadang saya tidak begitu baik terhadap Anda. Saya minta maaf untuk itu, tapi memang demikian seharusnya. Saya memperlakukan mereka dengan baik bukan untuk maksud tertentu, atau memperlakukan Anda dengan kurang ramah secara sengaja. Saya hanyalah cermin yang memantulkan Anda apa adanya. Jangan salahkan cara saya memperlakukan Anda atau membanding-bandingkan: “Mengapa Guru begitu baik dengan orang itu tetapi tidak begitu baik dengan saya?” Jika saya baik kepada seseorang, Anda hanya perlu memperhatikan orang tersebut dan Anda akan tahu alasannya. Bukan karena ia lebih tampan. Bukan! Bisa saja seluruh giginya sudah habis dan ia sama sekali tidak punya sahabat atau kerabat. Bisa saja ia tidak memiliki satu sen pun sehingga saya memberikannya uang. Tapi, saya baik terhadapnya karena ia begitu polos dan rendah hati. Ia tidak bernoda. Ia tidak memiliki rintangan di depannya ataupun kemelekatan atau keterikatan terhadap sesuatu. Hatinya lapang tanpa batas. Ia hampir manunggal dengan alam semesta.

Jika kita terikat pada sesuatu maka hal itu akan merintangi diri kita untuk menjadi orang yang sempurna, orang yang rendah hati, atau orang yang dekat dengan Kebenaran. Kita masih memiliki batas di satu sudut yang belum terbuka. Orang yang rendah hati dan polos tidak terikat pada apapun. Mereka yang tidak memiliki apapun akan memiliki segalanya.

 

Jadilah Rendah Hati dan Jangan Mengeritik Orang Lain

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Meditasi Kelompok, Hsihu, Formosa, 10 Oktober 1990 (Asal bahasa Aulac)

Lihatlah catatan rohani Anda setiap hari dan renungkan apakah tindakan yang Anda lakukan sudah baik. Apakah perbuatan baiknya lebih sedikit dari perbuatan buruk, apakah kita masih dipenuhi oleh ketamakan, kemarahan, dan kebencian, jika demikian maka kita tahu bahwa kita harus malu terhadap diri sendiri. Dengan demikian secara berangsur-angsur kita akan menjadi semakin rendah hati dan tidak berani mengecam orang lain karena kita dapat melihat bahwa kita sendiri penuh noda. Jika kaki kita sendiri terendam lumpur, bagaimana mungkin kita berani menggunakan senter menyoroti kaki orang lain. Dengan cara ini maka sifat keakuan kita akan berkurang.

Kalau tidak, Anda boleh tinggal di sini dan saya akan memaki Anda setiap hari agar ego Anda berkurang, karena di sini tidak ada tempat untuk sembunyi. Saya akan menggali keluar semua kekurangan Anda setiap hari dan menguraikannya terus-menerus. Dengan begitu Anda tidak akan berani lagi memiliki sifat keakuan. Tetapi, sifat rendah hati dan rendah diri merupakan dua hal yang berbeda. Apa yang dinamakan penyakit rendah diri adalah berbeda. Itu berarti seseorang merasa dirinya sungguh rendah dan tidak berguna. Saya berteriak dan memarahi Anda, namun di dalam hati ada cinta kasih, dukungan, dan berkah.

Tapi, di luar sana, orang mencemooh Anda karena mereka mempunyai kekayaan dan kedudukan. Demi kepentingan diri sendiri, mereka membuat hidup kita sengsara, menghancurkan hati kita hingga berkeping-keping, dan merusak rasa percaya diri kita.

Jadi kedua sifat itu berbeda. Sifat rendah diri bersaing dengan kita sedangkan sifat rendah hati membantu kita menghilangkan sifat keakuan kita. Kemarahan yang diberikan oleh sifat rendah hati terkandung cinta kasih yang tersembunyi. Jadi kita kadang merasakan aroma wewangian yang menyegarkan, kenyamanan, suasana yang penuh kasih sayang. Kadang meskipun Anda telah dimarahi oleh seseorang, tetapi Anda selalu merindukan orang tersebut. Anda tidak bisa melupakannya, tidak juga membencinya. Tapi di luar sana, meskipun orang menggunakan perkataan yang manis, kita masih merasa takut terhadap mereka. Kita takut mereka mungkin menyusun rencana untuk menipu kita. Kita merasa bahwa mereka mengancam kita, seolah-olah mereka memiliki belati tersembunyi yang siap menikam kita.

 

“Orang yang bersahaja sangat rendah hati, murni, dan polos. Mereka tidak memiliki apapun untuk bersandar. Mereka tidak memiliki apapun untuk menggenggam atau menggantungkannya. Mereka tahu bahwa mereka tidak memiliki apapun; jadi hati mereka sungguh polos dan bersahaja. Kekuatan berkah agung dapat lebih mudah memasuki hati kosong yang polos dan bersahaja ini.” (Maha Guru Ching Hai)

 

 

 

 

 

Atas

 

Asosiasi Internasional Maha Guru Ching Hai