Beranda > Aku Datang untuk Membawamu Pulang

 

Tujuan Kita di Bumi

Kehidupan kita ini bagaikan mimpi di dalam tidur kita yang belum terbangun, dan saat jiwa kita dibangunkan, kita baru menemukan Hakikat sejati kita, tidak peduli berapa lama kita telah tertidur. Selama pencerahan, kita memasuki tingkat-tingkat eksistensi yang lebih tinggi dan kita melihat kehidupan dengan cara pandang yang sangat berbeda. Semua kejadian berlangsung dengan begitu cepat, seperti tanpa usaha ataupun cerita panjang (drama). Seperti cerita film, jika seorang tokoh mati, kita tahu itu hanya cerita film.

Kita semua adalah bintang film, dan dunia adalah panggung yang sangat besar. Kita berperan dari satu kehidupan ke kehidupan selanjutnya, kadang sebagai seorang suami, seorang istri, seorang menteri atau seorang ratu dan kadang kita bermain untuk peran yang kurang menarik. Dan kita memainkan peran itu tanpa sadar dan bertanya kepada diri sendiri mengapa kita harus memainkan peran-peran itu, mengapa dia di singgasana dan mengapa saya hanya seorang sekretaris. Mereka yang telah terbangunkan tahu bahwa dunia ini hanyalah panggung untuk kita belajar, untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan kita, serta untuk menggapai kesempurnaan.

Cara dari kebanyakan orang dalam menjalani kehidupannya belumlah lengkap, dan belum begitu ideal untuk mencapai kebahagiaan serta kebijaksanaan. Ada banyak tingkat eksistensi dan yang pertama adalah tingkatan fisik. Kebanyakan orang menjalani kehidupannya di tingkat ini, di mana pencarian kenikmatan jasmaniah/lahiriah adalah tujuan utama, misalkan gemar makan atau tidur atau memperoleh segala jenis kebahagiaan fisik. Dalam tingkatan ini kita cenderung malas. Kita bekerja hanya karena kebutuhan hidup, tetapi kita tidak menyertakan cita-cita dan hati kita di dalamnya. Kita biasanya tidak suka bekerja bila tidak menyangkut kesejahteraan kita, dan sulit bagi kita untuk bekerja demi umat manusia secara keseluruhan.

Tingkat kedua adalah yang disebut tingkat emosional. Orang-orang di sini memiliki opini-opini yang sangat kuat, dan dapat kita katakan bahwa mereka sangat mendominasi dan otoriter. Mereka selalu merasa benar dan mengharapkan orang lain melakukan seperti cara mereka. Banyak diktator ataupun yang disebut pemimpin-pemimpin besar gerakan-gerakan ekstrimis berada di tingkatan ini. Meski ada pihak-pihak yang bertujuan baik, tetapi bila mereka melakukan kesalahan, mereka tidak akan mengakuinya, dan tidak berusaha untuk memperbaiki keadaan. Di sinilah bahayanya, kurang fleksibilitas.

Di tingkat ketiga kita hidup dengan intelek, dalam pikiran fisik, yang, maafkan saya, hanya merupakan sebuah komputer, sesuatu yang canggih yang mampu merekam apapun dan memilahnya tanpa kebijaksanaan dan penilaian. Tetapi tanpa kecerdasan jiwa, pikiran hanyalah sebuah mesin otomatis. Orang-orang di tingkat ini biasanya sangat tertutup dan membenamkan diri dalam dunia mereka sendiri. Mereka asyik dengan dunianya, tidak mempedulikan apapun yang terjadi di dunia luar, tanpa keinginan untuk memperbaiki dan mengubah diri mereka sendiri. Mereka pikir dengan cara mereka, mereka adalah orang-orang sempurna, dan banyak yang salah mengartikan hal ini sebagai pencerahan tertinggi.

Tingkatan berikutnya adalah tentang jiwa dan pemahaman diri. Pada saat itu kita menganggap diri kita sebagai jiwa. Kita tahu bahwa kita dan jiwa kita adalah satu dan sama; dan kita tahu bahwa kita bukanlah tubuh jasmani. Kita mencoba untuk menolong dunia dan menolong diri kita sendiri. Tetapi ini bukanlah tingkatan tertinggi, karena kita masih memiliki ego dan ego tersebut mempunyai kekuatannya sendiri. Walau kita berkata Aku dan Bapa adalah Satu (Yohanes 10:30), tapi tetap saja ada dua, dan ini masih terlalu ramai! (Tertawa)

Tibalah pada Tingkat Ketuhanan, Kesadaran, dan Realisasi Ketuhanan. Tuhan bukan yang lain tetapi diri kita juga. Dalam tingkatan-tingkatan sebelumnya, kita pikir Tuhan terpisah dengan diri kita. Hal ini tidak mudah dijelaskan, tapi untuk pertama kalinya kita berbuat tanpa berpikir lebih dulu, tanpa kita tahu apa yang kita kerjakan. Kita menjadi pencipta segala sesuatu tanpa mengumpulkan karma. Ini seperti yang dijelaskan Yesus ketika Dia berkata, Saya tidak melakukan apapun –Bapa di dalam dirikulah yang melakukannya (Yohanes 5:30).

Tujuan Kita di Bumi

Tiap orang di antara kita diberi kehidupan sebagai manusia hanya dengan tujuan untuk menyadari Tuhan. Bila kita mengabaikan kewajiban ini, maka kita tidak akan pernah bahagia di kehidupan ini atau di kehidupan yang lain. Sesungguhnya, ini adalah satu-satunya sebab penderitaan manusia, dan tidak ada lagi sebab yang lain. Jika kita menyadari bagaimana kita berjuang di dalam kandungan ibu kita, bagaimana kita menyesali kesalahan-kesalahan kehidupan kita di masa lampau, dan bagaimana kita berjanji kepada Tuhan untuk menggunakan kehidupan ini dengan jalan yang berarti untuk melayani-Nya; sebelum kita lahir di dunia ini, maka kita tidak akan menyia-yiakan walau satu detik pun untuk memikirkan hal lain kecuali mencoba yang terbaik di waktu senggang kita untuk menyadari Tuhan!

Tetapi segera setelah kita lahir di dunia ini, kita lupa segalanya. Karena hukum dalam dunia material diciptakan untuk membuat kita semua lupa. Oleh sebab itu, kedatangan Guru sangat penting untuk selalu mengingatkan kita, berkali-kali, sampai kita ingat apa yang pernah kita janjikan kepada Tuhan saat berada di dalam kandungan ibu kita. Kita mungkin tidak bisa mengingat dengan otak fisik kita, tetapi jiwa kita, kemampuan kebijaksanaan kita mampu mengingatnya.

Karena Tuhan ingin memberkahi Bumi melalui kita, maka kita turun untuk menjadi penghubung antara Surga dan Bumi. Tetapi karena kita telah kehabisan tenaga dan kelelahan begitu lama, maka kita melupakan tugas agung kita. Sebab itu Guru-guru kadang datang untuk mengingatkan kita tentang Hakikat sejati kita. Karena itulah kita berada di sini.

Jika kita berlatih dengan tekun apa yang diajarkan selama inisiasi, maka kita akan mencapai keseimbangan antara Surga dan Bumi, serta mampu memenuhi kewajiban-kewajiban duniawi maupun mengenal Kerajaan Surgawi secara bersamaan. Karena kita memiliki berbagai kewajiban duniawi yang harus diselesaikan, jadi kita harus menyelesaikannya sebanyak mungkin. Namun tugas utama kita di Dunia adalah memberkatinya sehingga ia menjadi Surga, sehingga semua mahkluk hidup dapat mencapai kehidupan yang menyenangkan sambil secara bertahap mengembangkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Dengan kata lain, kita ikut membantu evolusi alam semesta, dengan membangunkan dan menggunakan Kekuatan Tuhan dalam diri kita.

Untuk alasan inilah kita memerlukan inisiasi untuk mencapai Pencerahan Seketika, yang dapat memberikan kekuatan kepada kita untuk diamalkan langsung untuk melayani dunia sebaik-baiknya. Sekedar mengembangkan dan menggunakan kemampuan fisik saja maka kita tidak dapat memberikan terlalu banyak kepada dunia. Karena itu mengapa dunia kita tetap seperti sekarang ini meskipun seluruh umat manusia menginginkan kemajuan yang lebih tinggi dan dunia yang lebih baik. Inilah waktu terbaik kita untuk menemukan kembali kekuatan di dalam diri kita yang terbesar, sesegera mungkin, sehingga kehidupan kita di Dunia ini akan berubah lebih baik, dan generasi selanjutnya dapat tumbuh dalam lingkungan yang lebih baik. Jika kita mengamati keadaan dunia yang menyedihkan saat ini, maka kita dengan sangat tepat akan menyadari suatu keperluan mendesak terhadap Pencerahan Seketika, yang tidak hanya berguna bagi kita dan generasi kita saja, tetapi suatu warisan terbaik demi generasi masa depan. Itulah kasih dalam tindakan yang sejati.

 

 

 

 

Atas

 

Asosiasi Internasional Maha Guru Ching Hai