Beranda > Aku Datang untuk Membawamu Pulang

 

Di Luar Agama

Saya bukan milik Agama Buddha atau Katolik; saya adalah milik Kebenaran dan mengkhotbahkan Kebenaran. Anda boleh menyebutnya Ajaran Buddha, Katolik, Tao, atau apapun yang Anda suka, saya tidak keberatan.

Banyak Guru yang menghadapi masalah dengan pandangan salah tentang agama-agama yang berbeda. Saya tidak. Saya memberitahu Anda bahwa semua agama itu baik. Semua Guru agama adalah baik, berbicara tentang Kebenaran dan membimbing Anda ke Kebenaran. Pertahankan agama Anda dan tetap percaya pada Guru spiritual Anda. Jika Anda menemukan seorang Guru yang baik pada masa hidup ini dan dalam agama Anda sendiri, maka Anda beruntung. Bila tidak, carilah di agama-agama lain apakah ada Guru yang hidup. Tapi sementara itu tetaplah yakin dengan agama Anda sendiri, jangan mengganti agama Anda menjadi sama dengan agama Guru tersebut. Karena semua agama datang dari Tuhan dan semua pemimpin religius juga datang dari Tuhan untuk membawa pesan mereka pada waktu dan tempat yang berbeda.

Semua makhluk yang mencapai Pencerahan, apakah mereka Katolik, Buddhis, atau dari agama-agama lain telah menemukan hal yang sama, kebijaksanaan yang sama, kebahagiaan yang sama. Saya juga menemukan alam semesta yang sama, dan sebenarnya lebih dari sekedar keadaan pikiran, kesadaran, kecerdasan dan pemahaman yang lebih tinggi.

Ajaran Buddhis sama seperti Katolik. Saya tidak berpikir bahwa ajaran-ajaran itu berbeda. Jika Anda membandingkan Sepuluh Perintah dalam Kristen dengan sila-sila Buddhis, keduanya sama: jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berbohong, jangan minum alkohol atau obat-obatan terlarang, jangan mengambil istri atau suami orang lain. Ajaran-ajaran yang lainnya hanyalah penjelasan atau peristiwa sejarah yang dicatat para murid ketika Guru mereka masih hidup. Dalam Alkitab, sebagai contoh, banyak catatan tentang perang dan perselisihan antar suku. Ini bukanlah termasuk ajaran Guru tersebut, tetapi karena peristiwa-peristiwa tersebut terjadi ketika Guru tersebut masih hidup, mereka mencatatnya.

Yesus adalah manusia pada saat itu, tetapi Kristus adalah suatu kekuatan. Kekuatan tersebut dapat dikirimkan setiap saat, di setiap tempat, melalui siapa pun yang memenuhi syarat. Seperti arus listrik, ia dapat melewati kabel manapun, jika kabel tersebut dalam kondisi baik dan ada stekernya.

Anda lihat, Yesus Kristus adalah seorang Buddha, dan Buddha artinya Kristus. Kristus adalah bahasa Ibrani untuk Buddha, dan Buddha adalah bahasa Sansekerta untuk Kristus. Bagaimana, bagus bukan! Orang-orang tidak pernah menterjemahkan istilah-istilah ini ke dalam bahasa mereka sendiri, mereka hanya menggunakan bahasa asalnya dan bertikai soal ini. Akan selalu ada masalah karena ketidakmampuan bahasa manusia.

Di bagian luar, semua kitab suci mendorong orang-orang menjalankan kehidupan suci. Kamu jangan membunuh. Kamu harus mencintai tetanggamu dan musuh-musuhmu, Kamu jangan mencuri (Matius 19:18-19), dan sebagainya. Perintah-perintah Kristen, Muslim, Sikh, Hindu, dan sila-sila Buddhis semua sama. Kita harus menjadi orang-orang yang baik, mencintai satu sama lain, dan menyucikan Jati Diri. Sekarang, kebajikan luar kita semua tahu, dan kebanyakan dari kita dapat menjalankan perintah-perintah dari kitab-kitab suci, tetapi bagaimana tentang penyucian dalam dan penyadaran batin yang telah disinggung? Bagaimana kita bisa melihat Tuhan dengan berhadapan muka? Bagaimana kita bisa mendengar Tuhan dengan Diri kita sendiri, tanpa seorang pun memberitahu kita cerita tangan kedua? Bagaimana kita dapat mengalami Hakikat Ketuhanan kita sendiri? Bagaimana kita dapat menjadi seorang Buddha (Makhluk yang tercerahkan sempurna)? Ini adalah pertanyaan yang lebih penting daripada perilaku etis. Tentu saja, kehidupan beretika banyak menolong, dan suatu keharusan untuk seorang yang berikrar untuk menjadi satu dengan Tuhan, untuk kembali kepada Kebenaran, atau menjadi seorang Buddha. Semuanya mengandung arti sama: untuk bersatu dengan Sumber teragung dari segalanya.

Agama hanya menunjukkan Kebenaran, tetapi kita harus menemukannya melalui Guru yang hidup. Tanpa Guru sejati, kita bahkan tidak akan memahami agama.

Di Luar Agama

Dalam Buddhisme ada orang-orang yang percaya bahwa jika mereka memuja Buddha, menyembah patung Buddha, membakar dupa dan mempersembahkan buah-buahan dan bunga-bunga, maka mereka akan selamat dan berlindung pada Buddha. Saya kira ini adalah konsep yang sangat salah, karena walaupun tidak diragukan patung-patung itu menggambarkan Buddha masa lampau, tetapi bukan Buddha masa sekarang. Dan Buddha masa lampau tidak dapat menolong kita dengan cara apapun kecuali Dia telah meninggalkan beberapa teori untuk kita ikuti dan kita terapkan. Dan beberapa dari kita pergi ke gereja, dibaptis, dan makan roti perjamuan, dan kita pikir kita sudah selamat dari api neraka! Bagaimanapun, saya gembira bahwa orang-orang melakukan itu semua karena paling tidak simbol Kebenaran masih terpelihara dengan baik. Mengapa saya gembira? Karena hal tersebut menunjukkan begitu lugunya orang-orang itu, begitu mudahnya kita percaya, begitu naifnya kita. Kita begitu lugu, begitu berhati suci.

Jadi saya gembira bahwa umat Buddhis pergi ke vihara dan mempersembahkan buah untuk patung-patung kayu, dan saya gembira bahwa pemeluk Katolik pergi ke gereja dan mengulang-ulang pengalaman masa kuno, dan berpikir bahwa mereka sudah selamat. Paling tidak itu menunjukkan kesucian dan keluguan mereka. Tetapi kesucian dan keluguan tidak terlalu dapat menolong bila dalam kehidupan ini kita tidak dapat melihat Buddha atau mengalami sendiri tentang Tuhan secara langsung. Ini seperti seseorang hanya memasang telepon di rumah Anda tanpa kabel penghubung, dan berkata kepada Anda, telepon Anda di situ. Itu seperti telepon orang lain dan begitulah. Tetapi apa yang terjadi? Anda hanya berbicara kepada diri sendiri. Tidak ada hubungan dan tempat yang dituju tidak dapat menerima apapun. Jika kita percaya bahwa berbicara di sisi ini saja, tanpa jawaban dari sisi lain, adalah tidak apa-apa bila tidak ada tanggapan dari Dia, itu bahkan lebih lugu lagi.

Sebelumnya, saya selugu itu. Setiap hari saya pergi ke gereja atau vihara dan percaya bahwa semuanya seperti itu saja. Tetapi setelah beberapa saat, saya semakin dewasa dan merasa kosong, dan saya pikir bahwa Tuhan tidak menanggapi apapun dan tidak peduli akan curahan hati saya. Buddha tidak mengeringkan air mata saya dan menjawab doa maupun pertanyaan saya yang begitu tulus hati. Dia hanya duduk di sana dan tersenyum, setiap hari seperti itu. Saya menangis, menyembah, dan membungkukkan diri saya ke kaki-Nya dan Dia tidak bergerak seinci-pun! Maka saya menjadi frustrasi lalu menjadi marah. Saya pikir, bagaimana Engkau bisa begitu tidak sopan! Tetapi bukanlah Buddha yang begitu tidak sopan, tetapi karena saya yang terlalu naif.

Jadi setelah beberapa saat, saya menyadari bahwa mungkin Buddha telah pergi dan tidak dapat terlalu menolong saya, dan saya harus menemukan yang hidup, Buddha yang hidup. Oleh karena itu, saya mulai mencari Guru-guru, metode-metode, dan cara yang sesungguhnya untuk menemukan Pencerahan, tidak hanya menyembah patung yang mati. Maka suatu hari saya menemukannya setelah melalui banyak perjuangan, disiplin, dan usaha keras. Saya telah menemukan apa yang Sang Buddha temukan. Saya menemukan apa yang telah Yesus temukan, juga apa yang telah ditemukan Lao-tzu, Konfusius, Plato, dan Socrates. Dan semuanya ini bersedia saya berikan kepada Anda dengan cuma-cuma tanpa syarat atau ikatan. Semuanya gratis, karena apa yang telah saya temukan sebetulnya Anda juga sudah memilikinya. Semua milik Anda, bukan milik saya. Ini bukannya saya yang memberi Anda sesuatu. Saya hanya akan menolong Anda untuk membuka dan menunjukkannya kepada Anda di mana letaknya. Lalu Anda akan menemukan kebahagiaan dan semua penderitaan akan lenyap. Ini seperti yang dikatakan dalam Alkitab: Carilah dulu Kerajaan Tuhan maka semuanya akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33).

Semua kitab suci menekankan bahwa kita harus menemukan Pencerahan kita sendiri, lalu semua dosa-dosa kita akan tercuci bersih. Ini sesederhana mentari pagi terbit dan menghapus kegelapan.
Kalau tidak, kita akan selalu memiliki apa yang dikatakan dalam Alkitab sebagai dosa-dosa turunan, atau yang dalam Buddhisme sebut sebagai karma tak berujung dari kehidupan-kehidupan masa lampau, dan kita tidak akan pernah mencucinya dengan usaha pikiran kita sendiri. Kita tidak dapat melakukannya dengan bederma atau dengan perbuatan-perbuatan baik saja, atau menyembah patung Yesus atau Buddha. Kita harus melakukannya dengan cara yang benar, menggunakan Cahaya Tuhan, Surga yang ada di dalam diri kita untuk menghapus kegelapan neraka. Yesus juga berkata, Apapun yang kulakukan hari ini, kamu akan melakukannya lebih baik di masa depan. Artinya bahwa Dia dan kita adalah sama. Dia tidak berkata, “Saya sendiri yang dapat melakukan semua mukjizat ini, kamu tidak akan pernah bisa melakukannya!” Tidak, Dia berkata, Apapun yang dapat saya lakukan, kamu juga dapat melakukannya. Itulah sikap liberal yang mulia, dan Buddha juga berkata, Saya telah menjadi Buddha dan engkau juga akan menjadi Buddha. Jika kita mengikuti metode yang benar, seperti halnya metode ilmiah, setiap orang dapat melakukan hal yang sama dan mendapat hasil yang sama.

 

 

 

 

Atas

 

Asosiasi Internasional Maha Guru Ching Hai